Selasa, 16 September 2008

Aku Ingat Ibuku

Entah kenapa aq ingin menulis tentang ibu.

Puasa ini adalah puasa ke 5 tanpa ibu. Aq sering merindukannya ... rindu masakannya ... rindu senyumannya ... tawanya ... terutama kasih sayangnya.

Lagu Bunda yang dinyanyikan dan dipopulerkan oleh Melly G. membuatku selalu ingat pada ibu. Setiap kali aq menyanyikan lagu itu ... aq pasti menangis teringat ibu.

Kapan qt bisa bertemu? ... Aq sangat merindukanmu.

Aq ingat saat ketika kau terbaring sakit di rumah sakit di hari terakhirmu. Pagi itu kau memintaku untuk menemanimu tidur di rumah sakit malam harinya dan aq langsung setuju. Ternyata ... itu adalah permintaan terakhirmu. Jam 16.30 sore itu ... bapakku memberiku berita yang terdengar bagai petir hebat di siang bolong ... ibu terkena kanker usu stadium empat dan harapan hidupnya (jika di operasi pengangkatan usus 12 jarinya) hanya 3 tahun. Lemas sluruh tubuhku ... ingin menangis tapi tak bisa. Aq harus terlihat seperti tidak ada apa2 di depan ibuku.

Jam 7 malam aq mengantar nenekku pulang naik motor. Jam 9 malam aq berangkat lagi ke rumah sakit untuk memenuhi permintaan ibu. Dalam perjalanan perasaan gelisah dan sedih tiba-tiba menyergap hatiku ... ya Tuhan, ada apa? Ketika sampai di lantai 2 tempat ibuku di rawat, tiba-tiba aq mencium bau yang begitu kuat dari bunga kamboja (orang bilang bunga makam). Aq langsung panik ... takut terjadi sesuatu pada ibu ... namun suasana begitu tenang di kamar beliau. Aq pun kembali tenang. Malam itu aq makan nasi goreng yang kubeli dalam perjalanan ke rumah sakit. Bapakku mengisi TTS dan ibuku berbaring tenang di ranjangnya. Ketika bapak memperlihatkan celana panjang baru pemberian tanteku, ibu langsung memeriksa jahitannya. (Aq baru tau kalo itu dilakukan merupakan tanda-tanda seseorang akan pergi untuk selamanya .... tapi kami (baca: aq dan bapakku) tidak menyadarinya.)

Kira2 jam 10 kurang lima menit dokter spesialis yang menangani ibu yang didampingi oleh 2 orang perawat masuk ke kamar ibu .... Dokter yang manis itu menyapa ibu dengan ramahnya, "Bagaimana kabarnya, Bu?" tapi ibuku hanya menjawab dengan senyuman. Dan .... tiba-tiba saja napas ibu terputus-putus ... ibu sedang sakaratul maut! Ya Allah ... kami semua shock ... tak menyangka sama sekali. Ibu meregang nyawa di dampingi kami semua diiringi takbir dan syahadat serta sholawat. Cepat sekali terjadinya ... kami bahkan tak sempat berkata apa-apa.

Tangis itu tak mau keluar .... satu persatu aq hubungi kakak dan adikku di Batam, adik-adik ibuku, Ustadz Miftah, teman-teman ibu dan bapak, semua yang bisa ku hubungi. Berita yang kusampaikan adalah "Mohon doanya ... ibu dalam keadaan kritis, kemungkinan hidupnya kecil sekali." Hanya itu yang bisa kusampaikan ... aq tak tau harus bilang apa ... aq masih shock.

Satu per satu adik2 ibu datang ... semua menangis dan tak percaya ... tapi itulah yang terjadi. Duniaku hancur bersama perginya ibu.

Tapi .... aq harus tegar untuk semua orang. Setelah memandikan dan mengafani ibu aq pulang naik motor untuk mempersiapkan rumah. Ketika sampai di rumah ternyata tetangga sudah berdatangan dan membantu membereskan rumah. Tangisku pecah dalam pelukan suamiku. Itulah tangis pertamaku sejak ibu mengehmbuskan nafas terakhirnya.

Sepertinya semua hal dimudahkan bagi ibu, mulai dari lahan makam, pengurus jenazah, bunga .... semuanya ... seperti telah disediakan sebelumnya. Kakak dan adikku berpesan bahwa ibu harus dimakamkan sebelum jam 10 pagi Jumat itu (ibu meninggal Kamis, 23 Januari 2003, jam 10 malam (bagi aq dan bapak) atau jam 23.15 (surat kematian resmi dari dokter)). Mereka meminta kami tidak usah menunggu kehadiran mereka ... (aq kagum pada mereka yang begitu taat pada ajaran agama).

Mulai dari prosesi pelepasan jenazah, mensholatkan, pemakaman, tahlilan 1 - 7 hari semuanya berjalan lancar ... tanpa kendala. Ibu ... kebaikan yang kau tanam semasa hidupmu menjadi kebaikan bagimu pada saat kematianmu. Ibu ... aq ingin memiliki kebaikanmu ....

Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu ... aq rinduuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu sekali.

2 komentar:

fa mengatakan...

aku juga inget ibuku. dan terkadang aku masih berharap itu semua cuman mimpi .
ah .... aku bingung .

Vina T. Sudarto mengatakan...

aku gak setegar mam,
jika aku ada di posisi mam,
aku mungkin sudah akan menangis saat itu..
dan aku bangga pd ap yg mam lakukan saat itu,
aku pikir,,
saat itu mam berusaha tetap tetap untuk menenangkan keadaan.

setelah membaca blog mam,
aku jadi teringat..
bahwa ibuku atau aku dan semua orang akan dipanggil oleh Nya..
dan itu membuatku harus benar2 mencintai keluargaku(terutama ibu bapakku)tidak seperti yg kulakukan sekarang