Rabu, 22 April 2009

Rindu Kami Padamu Ya Rasulullah

Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Seakan dikau disini

Cinta ikhlasmu ... pada manusia
Bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja

(Lagu Rindu Rasul yang dipopulerkan oleh Bimbo)


Kerinduan akan hadirnya Rasululllah
Menyeruak ...
Membuncah ...
Menggetarkan jiwa ...

Ya Rasulullah ... bilakah kita dapat bertemu?
Ingin kutumpahkan rasa rindu ini
Ingin kusampaikan asa padamu
Padamu ... wahai kekasih Allah

Ya Rasulullah, engkaulah manusia dambaan setiap insan
Pribadimu memesona semua orang
Akhlakmu menundukkan hati setiap hamba
Ketakwaanmu menggetarkan alam semesta

Semoga kerinduan dan kecintaan kami padamu
Akan membawa kami berkumpul bersamamu
Di hari akhir nan abadi nanti

Semoga ... semoga

Senin, 20 April 2009

'Pempek' Jawa Timur; Resep ibu ...

Resep berikut ini merupakan resep favorit di rumah.
Murah, mudah, meriah dan pasti ... yummy!

Bahan-bahan:
Adonan pempek:
1 kg tepung terigu
3 butir telur ayam (kocok lepas)
11/2 ons daun bawang (iris tipis)
4 siung bawang putih
1 sdt merica bubuk
1/4 sdt terasi bakar
garam secukupnya
Minyak untuk menggoreng

Kuah asem:
3 siung bawang putih
1 sdm asem jawa
1 buah cabe merah buang biji
1 sdm kecap manis
gula merah secukupnya (sesuai selera)
garam secukupnya
air matang secukupnya

Sambal:
Cabe rawit ditumbuk halus


Cara membuat:
Adonan Pempek
  1. Masukkan terigu dalam wadah.
  2. Haluskan merica, garam, terasi dan bawang putih.
  3. Kocok telur kemudian masukkan bumbu yang dihaluskan; kocok rata.
  4. Tuang adonan telur ke dalam wadah berisi terigu, uleni sampai halus dan rata.
  5. Masukkan irisan daun bawang, aduk rata.
  6. Goreng adonan dalam minyak panas (besarnya sesuai selera).
  7. Tiriskan kemudian potong-potong.
Kuah Pempek
  1. Rebus air bersama gula merah dan asam jawa, saring.
  2. Haluskan bawang putih, garam, dan cabe merah.
  3. Masukkan bumbu ke dalam kuah yang telah disaring.
  4. Tambahkan kecap manis dan air matang.
  5. Cicipi sesuai selera.
Cara menikmati:
  1. Potong-potong pempek sesuai selera
  2. Tambahkan sambal (jika suka)
  3. Beri kuah sesuai selera
  4. Nikmati selagi masih fresh.

Selamat menikmati!

Keprihatinanku ...

Kemarin sore (20 April) anak pertamaku minta diantar ke sekolahnya (SMPN 4 Bandung) karena sekolah mengadakan kegiatan muhasabah menjelang UN (anakku kelas IX). Kegiatan itu berlangsung sampai jam 6 pagi tadi (21 April). Waktu ku telepon, nada suaranya terdengar riang. Alhamdulillah, kegiatan itu membuatnya senang.

Sampai di rumah aku baca koran (kebiasaanku di pagi hari sebelum beraktivitas rutin lain). Begitu kulihat headline koran PR aku langsung merasa miris ... "Pengawasan Ujian Nasional Longgar" ... judul yang menyesakkan dada. Terlebih setelah membaca isinya. Wow! Ruarr biasa! Hebat! Betul-betul memalukan! Jika guru dan kepala sekolah memiliki mental seperti itu, kira-kira akan seperti apa jadinya para siswa nantinya.

Aku bersyukur karena aku memutuskan untuk mundur sebagai pengawas UN tahun ini karena syarat yang diminta sekolah tempatku mengawas yang tak bisa kupenuhi. Syarat itu sebenarnya mudah untuk dipenuhi tapi TIDAK BISA kulakukan; bersikap lunak dan "arif" terhadap para siswa selama UN berlangsung yang, menurut informasi yang kudapat, sudah menjadi kesepakatan kepala sekolah se Bandung. ???@#^#$!!?!@?

Makna lunak dan "arif" yang kubayangkan ternyata terjawab sudah dengan munculnya berita di koran PR pagi ini. Ketika kusampaikan pada suami, jawabannya: "Kalau seperti itu, untuk apa pemerintah mengeluarkan kebijakan pengawas silang, mendingan gak usah ada pengawas silang. Udah aja sama sekolahnya sendiri." Jawaban yang tepat pada sasaran.

Bagi orang lain mungkin bersikap lunak dan "arif" selama mengawas UN bukan masalah, namun bagiku itu adalah masalah besar. Bukan aku tidak peduli pada keberhasilan para siswa, namun bukan berarti menghancurkan aturan yang dibuat serta norma, agama, dan moral yang kita ajarkan pada para siswa. Kita tidak boleh menghalalkan segala cara demi mencapai satu tujuan dan gengsi pribadi.

Mudah-mudahan di hari kedua dan selanjutnya para pengawas tidak lagi seperti boneka yang bisa dikendalikan oleh kepala sekolah atau oleh kesepakatan yang tidak baik. Semoga!

Ya Allah,
Jadikanlah kami orang-orang yang selalu berada di jalan-Mu
Tetapkanlah hati kami untuk selalu bertaqwa kepada-Mu.

Amin yra




Kamis, 16 April 2009

Ujian Nasional, Sebegitu Menakutkannya, kah?

Ujian Nasional seharusnya menjadi ajang pembuktian para siswa, guru dan sekolah akan keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan selama 3 tahun. Setiap tahun Ujian Nasional dilaksanakan dengan nilai terendah yang boleh dicapai siswa adalah 4, 25 ... sebuah angka yang jauh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sekolah. Hal ini berarti bahwa sebenarnya siswa, guru, sekolah, dan orang tua siswa tidak perlu merasa takut. Ketika seorang siswa bisa mencapai ketuntasan mata pelajaran yang, katakanlah, 65 atau 70, maka tentu saja ketentuan pemerintah yang 4,25 jauh lebih rendah.

Tapi apa yang terjadi? Sebagian besar orang yang merasa "berkepentingan" dengan hasil UN mulai melakukan "gerilya" untuk membantu agar siswa dapat lulus UN, meskipun dengan cara-cara yang tidak benar. Mulai dari adanya bocoran soal, sebaran kunci jawaban, adanya tim sukses, hingga kesepakatan untuk lebih lunak dan "arif dalam mengawas UN di sekolah-sekolah. (Mudah-mudahan apa yang saya pikirkan salah). Semua itu nampaknya sudah menjadi rahasia publik. Setiap tahun ketika itu terjadi, tapi tidak ada yang berani menyalahkan diri sendiri, semua menyalahkan pemerintah dan kebijakannya.

Lulus UN dengan cara yang tidak benar tentu saja memberi dampak negatif dalam kehidupan siswa di masa depan. Mereka kemudian akan menganggap bahwa untuk berhasil, cara apapun boleh di tempuh.

Guru adalah PENDIDIK, bukan PENGAJAR. Jika guru sebagai pengajar, maka tuntaslah pekerjaannya ketika ybs selesai mengajar, namun pendidik tidak akan pernah tuntas pekerjaannya sampai siswanya berhasil di semua sisi (IMTAQ dan IPTEK).

Ketakutan yang berlebihan karena ketidaksiapan diri menimbulkan dampak yang luar biasa. Orang-orang di sekitar kita turut menjadi "korban".

Jika kita ingin mencari siapa yang salah, tentu saja telunjuk kita akan mengarah pada orang lain, tapi jangan lupa, 4 (empat) jari kita yang lain justru malah menunjuk pada kita.

UN bukan hal yang menakutkan, UN adalah tantangan yang harus kita hadapi. Bersama kita bisa!

Doa dan semangat kita semua akan menghantarkan para siswa pada keberhasilan menjawab tantangan ini dengan sukses dan dalam kejujuran.

Selamat berjuang anak-anakku ... doa kami selalu menyertaimu.

Kamis, 05 Februari 2009

Romantic Dinner

Hmm ... what should I write here? ...

Let see ... "Romantic Dinner" is a kind of new phrase for me and my husband in our dictionary of marriage. Even after 15 years of marriage. Yups ... we got married June 20, 1993 at 08.00.

Actually, I planned that we had our romantic dinner on our 15th anniversary, but due to certain condition, we finally had one on December 2008. We had it at The Peak.

Yups, I believe you know The Peak.

It was such a romantic evening for both of us. There, we talked about the past, our first day of marriage, our first day of being parents, and the memories we shared together during the 15 years of marriage.

My husband and I enjoyed the moment so much that we planned to have one every year to celebrate our anniversary. We even planned to go on "Second Honeymoon" just the two of us in a hotel outside Bandung.

It's wonderful to share a romantic dinner with the one that we love and adore.

May Allah the Almighty blesses us and our marriage ... and, of course, our family till the end of the world.

May our love, passionate, and patience last forever. Amin

Selasa, 23 Desember 2008

Buah Mangga Tetanggaku

Rumah kosong di sebelah kiri rumahku tanah di halaman depannya memang sangat subur. Saking suburnya, tanaman apapun akan tumbuh dengan mudahnya. Salah satunya adalah pohon mangga.

Ya, mangga! Tanaman itu memang rajin berbuah padahal pohon itu tidaklah tumbuh terlalu tinggi. Dan tentu saja buahnya yang menggelantung di ranting-rantingnya menggoda orang yang melihatnya. Termasuk aq, tentu saja! :)

Ramadhan yang lalu kami masih melihat pohon itu masih menggelantungkan banyak buah mangga. Menjelang lebaran pun masih banyak. Beberapa hari setelah lebaran ... terjadilah ...! Perlahan tapi pasti buah mangga di pohon itu semakin berkurang. Dan kemarin, hanya ada satu buah saja yang tersisa, itupun yang tersembunyi di antara dedaunan di ranting yang menjulur ke atap genting garasiku.

Hari ini aq tidak memperhatikan pohon itu, terutama ranting yang ada di atas atap garasiku. Dan aq tidak tahu apakah satu-satunya buah yang tertinggal itu masih ada.

Katanya, jika ranting pohon tetangga menjulur ke rumah kita dan ada buahnya, maka buahnya menjadi hak kita. Benarkah???? Hmmm ... lumayan sih, tapi aq masih tidak yakin dengan hal itu. Aq masih tidak berani mengambil buah yang menggelantung di halamanku.

Mangga ... oh, mangga! !!!????!@#$!!&%$

Rabu, 17 Desember 2008

Love in the Morning


Pagi ini aku bangun dengan mata masih setengah terpejam
Pagi ini aku bangun dengan badan masih terasa pegal
Pagi ini aku bangun dengan pikiran masih sedikit 'disconnected'
Tapi ...
Pagi ini aku bangun dengan hati yang berbunga-bunga
Pagi ini aku bangun dengan perasaan cinta yang membuncah
Pagi ini aku bangun dengan jiwa yang melayang terjerat cintanya

My Love ...
Cinta kita bukanlah tanpa pengorbanan
Cinta kita tidaklah tumbuh dengan sendirinya
Cinta kita bukanlah tak terbagi
Tapi my love ...
Cinta kita bersemi seiring waktu berjalan
Cinta kita bertambah bersama tumbuhnya saling pengertian
Dan my love ...
Cinta kita akan terus bertahan sepanjang nafas masih terhembus

Yang aku tahu pasti ...
Aku akan jatuh cinta padamu ... lagi ... dan ... lagi
Semoga