Selasa, 23 Desember 2008

Buah Mangga Tetanggaku

Rumah kosong di sebelah kiri rumahku tanah di halaman depannya memang sangat subur. Saking suburnya, tanaman apapun akan tumbuh dengan mudahnya. Salah satunya adalah pohon mangga.

Ya, mangga! Tanaman itu memang rajin berbuah padahal pohon itu tidaklah tumbuh terlalu tinggi. Dan tentu saja buahnya yang menggelantung di ranting-rantingnya menggoda orang yang melihatnya. Termasuk aq, tentu saja! :)

Ramadhan yang lalu kami masih melihat pohon itu masih menggelantungkan banyak buah mangga. Menjelang lebaran pun masih banyak. Beberapa hari setelah lebaran ... terjadilah ...! Perlahan tapi pasti buah mangga di pohon itu semakin berkurang. Dan kemarin, hanya ada satu buah saja yang tersisa, itupun yang tersembunyi di antara dedaunan di ranting yang menjulur ke atap genting garasiku.

Hari ini aq tidak memperhatikan pohon itu, terutama ranting yang ada di atas atap garasiku. Dan aq tidak tahu apakah satu-satunya buah yang tertinggal itu masih ada.

Katanya, jika ranting pohon tetangga menjulur ke rumah kita dan ada buahnya, maka buahnya menjadi hak kita. Benarkah???? Hmmm ... lumayan sih, tapi aq masih tidak yakin dengan hal itu. Aq masih tidak berani mengambil buah yang menggelantung di halamanku.

Mangga ... oh, mangga! !!!????!@#$!!&%$

1 komentar:

Alay Qid mengatakan...

dari segi hukum agama (fiqih) memang begitu,
karena dahan & buahnya sudah berada di wilayah "kekuasaan" kita, maksudnya teh udah make jatah tanah kita. jadi kita berhak memakannya..heheh
.
tapi kalau sekarang, lain lagi urusannya..
selain ada hukum agama, kita juga punya hukum negara..
.
fiqih mungkin mengijinkan kita memakan mangga menggiurkan itu,
tapi hukum negara belum tentu..
gak lucu kan kalau guru bahasa inggris dijeblosin ke penjara gara-gara nyuri mangga..
heheheh.
.
.
btw saya teh sudah kirim salam lewat orang2 yg saya kenal,
tapi entah sudah disampein atau belum,
sekarang saya ucapin aja lagi,,
"selamat hari lahir mom.."
saya teh merindukanmu..
ingin sekadar bercakap-cakap..