Kamis, 16 April 2009

Ujian Nasional, Sebegitu Menakutkannya, kah?

Ujian Nasional seharusnya menjadi ajang pembuktian para siswa, guru dan sekolah akan keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan selama 3 tahun. Setiap tahun Ujian Nasional dilaksanakan dengan nilai terendah yang boleh dicapai siswa adalah 4, 25 ... sebuah angka yang jauh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sekolah. Hal ini berarti bahwa sebenarnya siswa, guru, sekolah, dan orang tua siswa tidak perlu merasa takut. Ketika seorang siswa bisa mencapai ketuntasan mata pelajaran yang, katakanlah, 65 atau 70, maka tentu saja ketentuan pemerintah yang 4,25 jauh lebih rendah.

Tapi apa yang terjadi? Sebagian besar orang yang merasa "berkepentingan" dengan hasil UN mulai melakukan "gerilya" untuk membantu agar siswa dapat lulus UN, meskipun dengan cara-cara yang tidak benar. Mulai dari adanya bocoran soal, sebaran kunci jawaban, adanya tim sukses, hingga kesepakatan untuk lebih lunak dan "arif dalam mengawas UN di sekolah-sekolah. (Mudah-mudahan apa yang saya pikirkan salah). Semua itu nampaknya sudah menjadi rahasia publik. Setiap tahun ketika itu terjadi, tapi tidak ada yang berani menyalahkan diri sendiri, semua menyalahkan pemerintah dan kebijakannya.

Lulus UN dengan cara yang tidak benar tentu saja memberi dampak negatif dalam kehidupan siswa di masa depan. Mereka kemudian akan menganggap bahwa untuk berhasil, cara apapun boleh di tempuh.

Guru adalah PENDIDIK, bukan PENGAJAR. Jika guru sebagai pengajar, maka tuntaslah pekerjaannya ketika ybs selesai mengajar, namun pendidik tidak akan pernah tuntas pekerjaannya sampai siswanya berhasil di semua sisi (IMTAQ dan IPTEK).

Ketakutan yang berlebihan karena ketidaksiapan diri menimbulkan dampak yang luar biasa. Orang-orang di sekitar kita turut menjadi "korban".

Jika kita ingin mencari siapa yang salah, tentu saja telunjuk kita akan mengarah pada orang lain, tapi jangan lupa, 4 (empat) jari kita yang lain justru malah menunjuk pada kita.

UN bukan hal yang menakutkan, UN adalah tantangan yang harus kita hadapi. Bersama kita bisa!

Doa dan semangat kita semua akan menghantarkan para siswa pada keberhasilan menjawab tantangan ini dengan sukses dan dalam kejujuran.

Selamat berjuang anak-anakku ... doa kami selalu menyertaimu.

Tidak ada komentar: